HEDONISME PEJABAT NEGARA
KRITIKAN keras kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat itu disampaikan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Busyro Muqoddas. Bahkan bukan hanya anggota DPR, para pejabat Indonesia dikritik bergaya hidup berlebihan.
Kita lihat bagaimana kritikan Ketua KPK tersebut langsung ditanggapi oleh para pejabat negara. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan para pejabat untuk mengubah gaya hidup yang dianggap berlebihan.
Gaya hidup para pejabat negara yang cenderung bermewah-mewahan sebenarnya sudah sejak lama diingatkan. Presiden Soeharto bahkan pernah membuat keputusan presiden berkaitan dengan gaya hidup sederhana. Ketika itu sampai ditetapkan batasan undangan pernikahan yang diperbolehkan dilakukan para pejabat negara.
Namun keputusan itu tidak pernah efektif dilaksanakan. Kita kesulitan untuk membuat para pejabat negara mau mengubah gaya hidupnya. Apalagi ketika kekuasaan dianggap sebagai hak istimewa, power is privilege.
Kita pasti tidak terima apabila sistem kekuasaan yang berlaku di negara ini dikatakan feodal. Tetapi itulah fakta yang sebenarnya terjadi. Para pejabat kita selalu berubah ketika diberi kekuasaan dan tiba-tiba saja menuntut untuk dihormati. Bahkan tidak jarang kita melihat pejabat yang lalu menjaga jarak. Tiba-tiba ia menjadi pribadi yang berbeda saat sudah menjadi pejabat. Gaya hidupnya pun kemudian berubah 180 derajat, berbeda jauh dengan apa yang kita kenal sebelumnya.
Semua itu tidak bisa dilepaskan oleh perlakuan berlebihan yang diberikan kepada para pejabat negara. Lihatlah kendaraan yang diberikan kepada pejabat negara ketika ia dilantik menduduki jabatan tinggi. Mobil yang diberikan mobil yang mahal dengan alasan ia seorang pejabat negara yang membawa nama bangsa.
Seakan-akan ukuran nama baik itu dilihat dari barang yang digunakan. Padahal seharusnya karya pejabat itulah yang akan membuat harum nama bangsa dan negara.
Asketisme merupakan sifat yang jarang dimiliki para pejabat kita. Padahal kita mempunyai contoh pejabat yang seharusnya bisa dijadikan model. Kita pernah mempunyai pemimpin seperti Mohammad Hatta yang hidupnya begitu sederhana.
Kita semua tahu bagaimana Bung Hatta mampu membedakan apa yang memang menjadi hak pribadinya dan apa yang merupakan haknya sebagai Wakil Presiden. Bung Hatta tidak pernah menggunakan apa yang menjadi haknya sebagai pejabat negara untuk kepentingan pribadinya.
Bahkan ketika Bung Hatta menginginkan untuk memiliki sepatu yang bermerek, ia memilih untuk menabung dari gaji yang diperolehnya. Bung Hatta tidak pernah mau memanfaatkan jabatannya untuk kenikmatan pribadinya. Bung Hatta tidak pernah menyesal ketika sampai ia pensiun pun sebagai wakil presiden tidak pernah bisa memenuhi mimpinya memiliki sepatu bermerek.
Dengan sikap hidup apa adanya, Bung Hatta tidak pernah tergoda untuk menyalahgunakan kekuasaannya. Bung Hatta merupakan simbol kebersihan seorang pejabat dan tidak pernah terbayang pada dirinya untuk melakukan korupsi.
Sekarang kita dihadapkan kepada praktik korupsi yang memprihatinkan karena kemewahan dijadikan tujuan hidup. Para pejabat negara baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif rela untuk menggadaikan kehormatannya demi mengejar kekayaan.
Kalau Ketua KPK mengatakan hedonisme menjadi tujuan hidup para pejabat Indonesia, itu bukanlah sesuatu yang berlebihan. Itulah memang kenyataan yang terjadi dan seharusnya dikoreksi kalau ingin memperbaikinya.
Kita telah menjadi bangsa yang menjadikan materi sebagai sesuatu yang harus diutamakan. Bahkan demi mendapatkan materi, banyak orang yang mau melakukan apa saja. Seakan-akan itulah yang menjadi tujuan hidup.
Para tokoh agama sudah lebih dulu mengingatkan hal itu. Bagaimana materi sudah dianggap sebagai dewa dan banyak di antara kita yang menghamba untuk itu. Jabatan tidak lagi dilihat sebagai amanah untuk memajukan negara dan menyejahterakan rakyat, tetapi lebih dipakai sebagai alat untuk memperkaya diri sendiri.
Perbaikan itu tidak bisa dilakukan dengan imbauan. Tetapi harus ada contoh yang jelas dari pemimpin bagaimana kesederhanaan hidup itu seharusnya dijalankan. Kehormatan tidak akan berkurang ketika kita menunjukkan gaya hidup sederhana.
Tanggapan :
Hedonisme, adalah suatu pandangan dimana orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak-banyaknya dengan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Rumah megah, mobil keluaran eropa terbaru, villa di pegunungan, rekening di luar negri, adalah gaya hidup pejabat sekarang.
Dalam artikel lain, Busyro juga mencontohkan seorang sarjana dari kalangan bawah, hidup di rumah kecil dan bobrok, ketika dia bekerja sebagai staff ahli di sebuah lembaga kementrian dalam kurun waktu kurang dari 2 tahun, kehidupannya langsung berubah 180 derajat, punya mobil 3, rumah yang mewah dan fasilitas lainnya.
Sangat terlihat bahwa tujuan dari kebanyakan para pejabat negara adalah memperkaya diri sendiri. Walaupun mereka adalah wakil rakyat, mereka seperti orang yang tidak memiliki etika dalam masyarakat. Bagaimana bisa mereka bersenang-senang dengan kekayaan mereka, sedangkan masyarakat hidup dalam kelaparan dan kemiskinan. Perlu diingatkan, para pejabat negara adalah orang-orang yang dipilih oleh rakyat demi perubahan yang baik untuk bangsa dan negara. Para pejabat negara sepatutnya mencontoh perilaku Bung Hatta, memisahkan antara hak pribadinya, dan hak menjadi pejabat negara. Dia tidak menggunakan haknya sebagai pejabat negara untuk kepentingannya sendiri.
Referensi :
MUHAMMAD HUDA RABBANI
14111729
ILMU SOSIAL DASAR