PERILAKU BOROS LISTRIK
Berbicara mengenai upaya penghematan listrik di Indonesia memang tidak ada habisnya. Tarik-menarik kepentingan dibalik ide ini bagaikan benang kusut yang susah diurai. Para pebisnis bersikukuh menghemat listrik berarti menghambat proses produksi. Sebagian masyarakat berdalih mengubah kebiasaan menghidupkan AC sepanjang hari adalah hal yang sulit.
Sedangkan, para aktivis lingkungan bersikeras bahwa sumber energi hampir mengalami “sakratulmaut”. Pemerintah pun bingung bagaimana bersikap secara rasional. Penggunaan listrik di Indonesia masih tergolong boros. Pada 2007 konsumsi listrik di Jakarta mencapai 23% dari total konsumsi listrik seluruh Indonesia.
Pada 2005 fakta ironi mencuat, cadangan listrik di Jawa-Bali berada pada level yang mengkhawatirkan. Cadangan listrik yang ideal seharusnya 600 Megawatt.Namun, cadangan listrik Jawa-Bali hanya mencapai 120 Megawatt. Ketersediaan listrik di Indonesia masih bergantung pada energi fosil seperti minyak bumi.
Padahal, minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak diperbaharui (nonrenewable resources). Sehingga, ketersediaannya di alam terbatas dan jangka waktu untuk terproduksi kembali relatif lama. Konsekuensi logisnya adalah jika minyak bumi yang terbatas itu digunakan tanpa batasan maka dapat dipastikan kelestarian sumber energi fosil terancam.
Akibatnya,kegiatan manusia yang menggunakan energi listrik terhambat akibat keterbatasan sumber energi. Perilaku konsumtif masyarakat terhadap listrik adalah salah satu penyebab mencuatnya masalah ini.Kebiasaan masyarakat yang boros dalam menggunakan listrik bagaikan efek bola salju.
Bila dipikir-pikir, saat ini sebagian besar rumah rata-rata memiliki satu buah komputer dan satu buah AC, bila mengakumulasikan jutaan rumah di Indonesia, bisa dibanyangkan berapa banyak pemakaian listrik setiap harinya.
Sudah banyak solusi-solusi yang diutarakan untuk mengurangi pemakaian listrik, seperti melakukan pembatasan listrik bagi tiap-tiap rumah atau memberikan insentif berupa bonus kepada rumah yang berhasil menekan pemakaian listrik. Tapi tetap saja untuk mengurangi pemakaian listrik diperlukan kesadaran setiap warga negara, baik yang memiliki rumah mewah dengan segudang peralatan elektronik di dalamnya, ataupun yang memiliki rumah dengan peralatan elektronik standar. Mereka harus menyadari pentingnya mengurangi pemakaian listrik, penyadaran seperti ini bisa diwujudkan dengan sosialisasi secara rutin dan membiasakan kebiasaan yang benar pada masyarakat.
MUHAMMAD HUDA RABBANI
14111729
ILMU SOSIAL DASAR
Referensi :
0 comments:
Posting Komentar